TABIR BUMANTARA
TABIR
BUMANTARA

Kesunyian
menembus gelora malam, kadang berseling suara khas burung hantu mengisi heningnya langit gelap. Terdapat gadis nan cantik di
sebuah desa kecil bernama Desa Sukma, ia tinggal hanya berdua bersama ibunya
tercinta. Gadis tersebut sudah lama ditinggal oleh ayahnya sejak ia baru lahir,
namun sampai saat ini ia tidak mengetahui keberadaan maupun melihat langsung
ayahnya. Ia hanya mengetahui wajah ayahnya dari sebuah lukisan menawan yang
dilukiskan oleh ibunya. Gadis nan cantik tersebut bernama Arunika Sri Dwintara.
Konon katanya, nama Dwintara berasal dari nama ayahnya.
Malam
itu Arunika sedang merangkul guling kecil kesayangannya sambil mendengar radio
jadul milik ayah tercinta. Ya ,, itu adalah kebiasaan yang telah ia lakukan
dari ia masih bayi. Arunika tak bisa terlelap jika radio mungil pemberian
ayahnya yang menjadi saksi bisu perjalanan ayahnya hingga Arunika saat ini. Walaupun
ia tidak pernah bertemu dengan ayahnya, namun ia tetap menyayangi ayahnya dan
mengusir rindu untuk dapat bertemu ayahya melaui radio jadul tersebut. Ibunya
telah membiasakan dirinya untuk mendengarkan radio milik ayahnya itu. Arunika
terlelap nyenyak menyusuri fatamorgana mimpi, hingga matahari menyingsing menyinari mayapada.
Kukkuruyukkk……(ayam
berkokok penanda pagi tiba). “Jam berapa ini????”(Arunika sontak
bangun dan terkejut). “Ya ampun,, kenapa telat bangun lagi? Pasti ibu marah”.
“Arunika”(teriak ibu dari bilik dapur). Kebiasaan ibu yang selalu berteriak dan
menuju kamar Arunika lantaran anak kesayangannya memiliki kebiasaan buruk yaitu
selalu saja bangun siang. Padahal ibu sudah membangunkannya berkali-kali.
“Arunika,,kenapa
kamu telat terus ndok bangunnya? Kan ibu sudah bangunkan kamu dari tadi?’ (Muka
ibu mulai kesal) “Maaf bu,, aku ndak dengar ibu bangunin aku”(Arunika memohon
dan bermuka melas). “Ibu sudah bosan bangunin kamu terus, masa kamu bangunnya
selalu jam 9. Kamu begadang ya semalam?”. “Enggak kok bu, aku semalem tidur jam
10 malam. Tapi seperti biasa bu, aku pasti kebangun jam 12 malam dan tiba-tiba
terlelap lagi” (Arunika menjelaskan dengan penuh keyakinan). “Yaudah ndok,
sekarang kamu bantu ibu di dapur ya. Ada banyak pekerjaan hari ini, karena ibu
bantu masak Bu Tumi yang nanti malam mengadakan acara makan-makan dan mengundang warga desa
atas kepulangan anaknya Randana yang sekolah di kota”(ujar ibu sambil
menyodorkan pisau”. “Enggeh bu,(Arunika menganggukkan kepala). Sebentar bu,
tadi kata ibu nama anaknya Bu Tumi, Randana ya bu? Kok aku baru denger ya? Dia
anaknya Bu Tumi yang keberapa bu?” (Arunika bertanya heran). “Iya bener ndok,
Randana memang gak pernah Bu Tumi kenalkan ke kita-kita, cuma beliau cerita ke
ibu kalau Randana adalah anak terakhirnya. Kalau gak salah dia seumuran sama
kamu ndok. Penasaran ya?(Ibu sambil ketawa dan mengeledek Arunika). “Ih ibu,
enggak kok”(Arunika tersenyum dan tersipu malu).
Malam
telah tiba, seluruh warga antusias dan berbondong-bondong mendatangi kediaman
Bu Tumi. Di sana para warga disajikan jajanan jadul sebagai pembuka serta
disuguhkan penampilan wayang yang menjadi kebiasaan warga desa ketika
mengadakan acara. Ibu maupun Arunika sibuk membantu Bu Tumi dalam menyajikan
makanan. Inti acara tersebut akhirnya dimulai, Randana telah tiba dengan dibawa
supir menggunakan mobil antik. Bisa dibilang keluarga Bu Tumi adalah salah satu
tokoh di Desa Sukma selain keluarga
Arunika. Sehingga di desa tersebut yang anak-anaknya berpendidikan tinggi
adalah keluarga Dwintara (Arunika) dan Prambudi (Randana). Randana dengan
berkostum putih dan bersarung batik disertai blankon yang menghiasa kepala,
membuat Randana terlihat gagah dan rupawan. Sontak seluruh warga mengagumi
dirinya. Randana memasuki rumahnya dengan penuh sopan santun, ia langsung
bersahabat dan bercengkrama dengan warga desa di sana. Semua warga senang atas
keramahtamahannya.
Setelah
Arunika membantu ibu-ibu di dapur, ia pun penasaran dengan sosok Randana, ia
dari tadi belum sempat melihat wajah Randana. Akhirnya ia mengintip dari celah
pintu dapur, “Apa benar Randana yang itu? Ndak sangka, ia sangat rupawan”(
Arunika sontak terpukau dengan wajah rupawan Randana). “Iya betul, kamu suka
ya?”(tiba-tiba Rini temannya berada di sampingnya dan mengeledek). “Apa sih
Rin? Enggak kok. Aku cuma mengungkapkan keterpukauanku atas ciptaan Yang Maha
Kuasa”(Arunika tersenyum dan mengelak candaan Rini).
Rini adalah sobat kecilnya yang selalu
mendampingi Arunika kemana saja saat ia berada di desa, cuma kala itu mereka
sempat terpisah karena Arunika harus pergi belajar ke kota.
Keesokkan
harinya, saat panas matahari menyinari desa. Rini datang ke rumah Arunika dan
mengajak Arunika pergi ke kebun kopi untuk memanen. Saat mereka sedang asyik
bercengkrama sambil memetik kopi, Arunika melihat burung kecil di dekatnya
seakan-akan mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat. Arunikapun bergegas
mengikuti terbang burung mungil tersebut tanpa bilang ke Rini yang sedang
memetik kopi di pohon seberang. Arunika dengan pasti mengikuti gerak dan jejak
terbang si burung tersebut. Kemudian tanpa ia sadari, Arunika sudah berada di
dalam hutan dan terdapat sebuah rumah tua yang ada di sana. Ia pun tanpa takut
memasuki rumah tersebut dan ia terkejut ternyata di dalam sana adalah rumah
yang megah dan menawan dengan dihiasi alat musickmaupun kebudayaan Jawa,
seperti gamelan dan wayang. “Permisi…Apa di sini ada orang?”(Arunika menengok
ke kana dan ke kiri). Namun ia tidak melihat siapun di sana, hanya saja
terdengar kepakan sayap burung dan suara tersebut bersumber di sebuah pendopo
taman indah di dalam rumah tua tersebut. Arunika awalnya heran, ia berada di
rumah yang megah padahal tadi ia masuk ke dalam rumah tua.
Arunika
berjalan dengan pasti mendekati suara tersebut dan ia sangat terkejut.
“Si…Si..Siapa kamu?”(Arunika terkejut dengan wujud yang berada di hadapannya).
Ia pun ingin bergegas meninggalkan tempat tersebut secepat mungkin, tapi apalah
daya. Tiba-tiba saat ia ingin berbalik badan, ia dihadang oleh kerumunan
burung-burung mungil seperti bunrung yang tadi ia liat. “Apa benar kamu Arunika?
Apakah tadi ada salah satu burung pipit tersebut yang membawa kamu ke
sini?”(Suara laki-laki terdengar dengan gagah). “Hah,,,Bagaimana kamu tahu?Kamu
siapa?”(Arunika heran dan kembali menghadapnya). “Kamu tidak tau siapa saya?
Saya seseorang yang berwujud setengah burung rajawali yang selalu mengajak kamu
main di dalam mimpi kamu dari kamu kecil?”(Ujar lelaki yang memiliki sayap
burung rajawali).”Iya kah?”(jawab Arunika dengan keheranan) “Tapi aku juga tak
asing dengan baju putih yang kamu kenakan,, aku pernah melihat kamu sebelumnya
selain di mimpiku?(Arunika berpikir keras untuk mengingat yang pernah ia lihat).
Tiba-tiba Arunika teringat seseorang yang mengenakan baju tersebut adalah
Randana putra Bu Tumi yang ia lihat sekilas saat kedatangannya ke Desa Sukma.
“Apakah benar kamu Randana?”(Tanya Arunika). “Ya memang benar, Arunika”(ujar
lelaki tersebut).
Kemudian
Randana menjelaskan bahwa ia adalah tangan kanan ayah Arunika yang ditugaskan
selama ini untuk menjaga Arunika. Adapun Randana merupakan anak angkat Bu Tumi
yang saat itu Bu Tumi temukan di dalam hutan, namun Randana langsung di sekolahkan ke kota
dan ia hilang kontak dengan ibunya
selama 20 tahun lamanya karena sekolah yang tepat untuknya adalah bukan di
dunia namun sebuah kerajaan yang bernama Nirwana yang ternyata dipimpin oleh
sebuah raja bernama Dwintara yang merupakan ayah Arunika selama ini. Ternyata
Raja Dwintara merupakan seorang raja yang bertubuh setengah burung Rajawali
seperti Randana, namun saat ia ke bumi mereka dapat berubah wujud layaknya manusia
biasanya. Maka dari itu raja Dwintara dapat menjadi tokoh pula di bumi dan
kemudian ia jatuh cinta dengan ibunya Arunika. Mereka kemudian memiliki anak
yaitu Arunika. Namun setelah kelahiran Arunika, Kerajaan Nirwana terjadi
kemelut dan goyah, maka dari itu ayah Arunika memutuskan untuk meninggalkan
bumi dan fokus menjaga keutuhan kerajaan.
Saat
itu pula, Arunika sejak bayi hingga sekarang tidak dapat bangun pagi karena
setiap pukul 12 malam, Kerajaan Nirwana membuka pintunya dan mempersilahkan
Arunika bermain dan belajar di sana. Maka dari itu, Arunika tidak dapat bangun
pagi karena ternyata ia sibuk menjalankan kehidupan di Kerajaan Nirwana yang ia
pikir itu adalah mimpi belaka. Arunika adalah gadis yang cerdas dan pintar, ia
disekolahkan ibunya hingga berpendidikan tinggi. Penyebab Arunika mengetahui
ilmu dan pengetahuan yang luas adalah ternyata ia juga belajar di lingkungan
Kerajaan Nirwana. Namun selama ini, ia tidak pernah bertemu dengan ayahnya Raja
Dwintara di Kerajaan Nirwana.
“Kalau
begitu, apa yang membuatmu saat ini datang menemuiku?”(Tanya Arunika kepada
Randana). “ Aku datang kemari dan menampakkan diri di bumi agar kamu tau bahwa
selama ini kejadian-kejadian yang kamu kira adalah mimpi itu benar dan
nyata. Aku pikir ini saatnya aku menceritakan mengenai ayahmu yang kamu
rindukan dari dulu. Aku diberi amanah oleh Raja Dwintara untuk tidak
menceritakan semuanya sebelum kamu dewasa dan siap menerima ini semua. Saat
ini, Kerajaan Nirwana sangat membutuhkan bantuan karena Raja Dwintara sedang
sakit dan jalan satu-satunya adalah mencari anak atau keturunannya untuk
menjadi pemimpin kerajaan kami”.(penjelasan panjang Randana dan kesedihan
tergambar dari raut wajahnya). “Hahh… yang benar Randana, saat ini ayah sedang
sakit?”(Hati Arunika bercampur aduk antara senang bahwa ia akan bertemu dengan
ayahnya maupun sedih karena ayahnya menderita sakit, air mata Arunika tiba-tiba
menetes) “Iya benar tuan putri, Raja Dwintara sedang mengalami sakit keras”.
Arunika
dan Randana akhirnya bergegas ke Kerajaan Nirwana, mereka menuju ke sana saat
waktu di bumi pukul 12 malam. Saat itulah, pintu kerajaan terbuka untuk makhluk
bumi sehingga mereka dapat masuk ke dalam. Arunika pergi dengan terbang bersama
Randana. Randana mengepakkan sayapnya membawa Arunika menuju di bukanya tabir
bumantara.
Saat
itulah ia pertama kali menginjakkan kaki di Kerajaan Nirwana sebagai seorang
putri, semua warga di sana menyambut datangnya putri yang akan melanjutkan
tahta kerajaan, walaupun ia adalah seorang manusia. Arunika langsung bergegas
menemui ayahnya di istana kerajaan. “Ayahhhh”(Arunika nangis denga tersedu-sedu
sebagai ungkapan melepas rindunya selama ini kepada sang ayah) “Arunika,
anakku”(Ujar Raja Dwintara dengan lirih) “Aku merindukanmu nak”(ucap kembali
sang ayah). “Sama yah, Arunika rindu sekali”(Arunika memeluk ayahnya dengan
erat).
Beberapa
hari berlalu, Arunika menjalani kehidupan nyatanya di Kerajaan Nirwana, sambil
ia merawat ayahnya, Arunika juga belajar mengenai kerajaan dengan Randana.
Randana menjelaskan banyak hal mengenai kerajaan. Ia pun mengajak jalan-jalan
Arunika mengitari lingkungan warga serta mengunjungi sebuah negara yang menjadi
singgahnya di bumi yaitu Indonesia. Randana menjelaskan bahwa Kerajaan Nirwana
juga bekerjasama dan menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di
bumi Indonesia. Arunika diajak berkeliling Randana dengan sayap indahnya untuk
melihat pesona bumi Indonesia , melihat candi-candi menawan serta
pegunungan nan indah.
Ketika
mereka sedang asyik mengitari salah satu pegunungan,tiba-tiba langit menjadi
kelabu. Petir menggelegar dan mengenai sayap sebelah kanan Randana. Saat itu
lah mereka terjatuh dan merosok ke sebuah hutan nan belukar. Arunika sempat
pingsan tetapi kemudian sadar dan melihat Randana yang terluka parah. “Arunika,
firasat aku tidak enak. Pasti ada sesuatu yang terjadi di Kerajaan Nirwana saat
kita tidak berada di sana” (ujar kecemasan Randana) “Apakah sesuatu yang buruk
itu, Randana?”(ujar Arunika). “Sepertinya , Pangeran Tinangsa yang merupakan
musuh ayahmu telah mengetahui bahwa Raja Dwintara memiliki anak yang akan
melanjutkan tahta kerajaan. Ia yang membuat ayahmu sakit keras” (ujar Randana)
Arunika
dan Randana menyusuri hutan tersebut untuk mencari jalan keluar karena mereka
tidak dapat terbang akibat sayap Randana yang terluka. Ketika mereka sedang
jalan, tiba-tiba kerumunan ular besar mendatangi mereka dengan ganasnya.
Seketika Randana mengeluarkan senjata jitunya untuk melawan ular tersebut yang
merupakan kiriman dari Pangeran Tinangsa. Mereka berlari kencang dan mereka
jatuh dari sebuah tebing yang tinggi. “Arunika”(teriak Randana sambil
memaksakan diri mengepakkan sayapnya untuk menangkap Arunika dan akhirnya
mereka dapat berhasil terbang dan menuju tabir bumantara agar dapat masuk ke Kerajaan
Nirwana. Ternyata keadaan di sana sudah porak poranda, kemudian mereka bergegas
menemui terlebih dahulu Raja Dwintara. Ternyata Pangeran Tinangsa sedang
mencekik Raja Dwintara. “Ayah”(teriak Arunika) “Arunika, mana radio yang
diberikan oleh ayahmu?”(ujar Ranadana).”Radio? memangnya kenapa? Ada di dalam
tasku”(jawab Arunika). “Itu adalah kelemahan dari Pangeran Tinangsa, ia takut
mendengar suara musik dari radio. Cepat putar!!!(teriak Randana). Saat radio
tersebut diputar, Pangeran Tinangsa tiba-tiba lemas dan menutup telinganya.
Kemudian ia mati berkeping-keping. Tetapi Raja Dwintara pun tidak dapat
diselamatkan. Arunika nangis dengan kejar melihat kematian sang ayah.
Setelah
kejadian tersebut, kerajaan telah pulih kembali kemudian beberapa bulan setelahnya Arunika dengan Randana menikah dan Randana sebagai suami
Arunika melanjutkan tahta kerajaan menjadi Raja Nirwana yang baik serta
bijaksana. Di Kerajaan Nirwana, Arunika serta Randana dapat melayani dan
membuat warga kerajaan sejahtera. Mereka pun juga sering mengelilingi kembali
pesona bumi Indonesia yang pernah merka kunjungi.
Komentar
Posting Komentar