Surat 341
SURAT 341
Pada suatu malam, ibu dan ayah sedang pergi
menjenguk paman yang sedang sakit di Bogor. Rasya karena tidak memiliki seorang
kakak ataupun adik, iapun harus sendiri di rumah. Biasanya, Mbok Aci selalu
menemani Rasya, tapi kali ini Rasya hanya sendiri lantaran Mbo Aci sedang
pulang kampung. Malam yang sunyi, Rasya hanya berdiam diri di kamarnya dan
fokus belajar di meja belajarnya. Tiba-tiba,"Tok-tok" (suara ketuk
pintu), "Assalamu'alaikum!!!" (Suara serak dan pelan seseorang mengetuk
pintu dari luar). "Wa'alaikumussalam" (jawab Rasya sambil terkejut),
"Siapa coba malem-malem begini berkunjung ke rumah orang" (Gumam
Rasya sambil menahan takutnya). Suara yang terdengar pelan, lama-lama menjadi kencang. Akhirnya
Rasya memberanikan diri mengintip dan membuka sedikit gorden jendela depan
rumahanya. Saat membuka jendela, ada muka seorang nenek-nenek berada tepat di
depan jendela rumah, "Astaghfirullah" (Rasya berteriak kaget,
jantungnya berdegub kencang). Nenek itu tersenyum di hadapannya sambil melambaikan
tangan "Dek, ini nenek rumah sebrang jalan, jangan takut!!!"(Suara
nenek meyakinkan). Rasyapun memfokuskan pandangannya dan membuktikan kalau yang
ia lihat adalah nyata. "Iya iya nek" (Rasya tersentak sadar dan yakin
kalau nenek itu manusia, Rasya langsung
bergegas membukakan pintu). "Iya nek, ada yang bisa dibantu?" (Tanya
Rasya sambil mengingat wajah nenek yang pernah ia lihat sebelumnya). "Maaf
dek, nenek dateng malem-malem dan mengganggu. Nenek ke sini, mau mengantarkan
KTP ibu kamu yang jatuh di seberang jalan , nenek temukan itu saat pulang dari
warung. Mungkin KTP ibu kamu jatuh pas tadi belanja. Bener gak dek ini KTP ibu
kamu?"(Tanya nenek sambil menyodorkan KTP yang ia temukan). "Ya
Allah, iya bener nek, ini KTP ibu saya.Makasih banyak ya nek(Rasya
menganggukkan kepala untuk berterimakasih). "Alhamdulillah kalau bener
dek, nenek pulang dulu ya kalau gitu" Ungkap Nenek. "Kok nenek
buru-buru? Mampir dulu nek ke dalem"(Rasya mempersilahkan nenek masuk
rumah). Udah gak usah dek, udah malem, kapan-kapan aja nenek main. Nenek pulang
dulu ya. Assalamu'alaikum"(jawab nenek sambil melambaikan tangan).
"Iya nek, Wa'alaikumussalam. Makasih ya nek" (Rasya sambil teriak
karena nenek sudah jalan men jauh dari
rumahnya.
Sebulan berlalu begitu cepat. Seperti biasa, Rasya
pulang sekolah bersama teman-temannya dan melewati jalan pintas di seberang
jalan. Selama ia melewati jalan tersebut, ada satu rumah di pojok jalan buntu
yang terlihat kumuh dan kecil yang selalu menjadi perhatiannya, karena ia
sampai saat ini belum pernah melihat ada orang yang keluar dari rumah tersebut.
Siang hari itu berbeda dari biasanya, ada seorang anak yang seumuran dengannya
berdiri di depan pintu tersebut, namun anak itu bermuka sedih dan berpakaian
kumal. Ia menatap Rasya dengan wajah penuh harap. "Siapa ya dia?" (Gumam Rasya dan
merasa sedih melihatnya). "Rasya, Ayoo!! Ngapain kamu ngelamun di sana?
(Teriak Wati yang sudah jalan jauh di depan). "Eh, iya iya, tunggu aku!
(Teriak Rasya dan bergegas lari ke arah temannya). Keesokan harinya Rasya
penasaran dan kembali menatap rumah tersebut, namun tidak ada satupun orang
yang keluar.
Saat Rasya tiba di rumah, ia langsung menuju kotak
surat yang menjadi kebiasaannya. Rasya suka menulis surat ke teman jauhnya yang
saat ini tinggal di pelosok Kalimantan karena usaha ayahnya bangkrut dan jatuh
miskin. Maka dari itu, ia selalu antusias kalau mendapat surat dari sahabatnya
itu. Saat melihat surat yang ada, "Lah kok ada 2 surat ya? Biasanya Riri
cuma ngasih satu surat aja" (Gumam Rasya). Saat sampai kamar, ia membuka
surat-surat tersebut. Ia terkejut ketika satu suratnya lagi bukan dari Riri
tapi suratnya itu dari "341". Siapa dia "341"? (Tanya Rasya
dengan heran). Surat itu berisikan lukisan yang menggambarkan seorang anak yang
tinggal di rumah mewah bak istana dan ada tulisan "aku 341". Melihat
surat tersebut, Rasya merasa penasaran maupun takut. Keesokan harinya, ketika
Rasya mengecek kotak surat ternyata ada surat darinya lagi, kali ini ia
melukiskan seorang anak yang sedang takut dan mengumpat di bawah meja dengan
ruangan yang gelap, ada tulisan di surat itu "aku takut dan sendiri".
Seminggu telah berlalu, namun Rasya merasa diteror
dengan surat-surat yang setiap hari datang. Walaupun dihati kecilnya, Rasya
merasa kasihan kepada penulisnya, karena lukisan dan surat yang ia sampaikan
sangat sedih. Sampai saat ini, Rasya terus berusaha mencari jejak penulis yang
mengirimkan surat kepadanya itu. Ketika hari Rabu tiba, Rasya ternyata pulang
sekolah lebih cepat karena guru-guru di sekolahnya akan rapat. Kali ini Rasya
pulang sendirian, karena teman-temannya mampir dan main dulu di rumah Feni yang
lokasinya dekat sekolah. Ketika Rasya mau lewat jalan pintasnya, dari kejauhan
Rasya melihat anak yang ia lihat tinggal di rumah kecil itu. "Ih dia kan
anak perempuan itu?? Dia mau ke mana? Hey kamu,,,tunggu aku!!!!(teriak Rasya
dari kejauhan sambil berlari menghampiri anak perempuan itu). Mendengar ada
yang memanggilnya, anak perempuan itu menoleh dan malah berlari masuk ke
rumahnya. "Yah kok pergi sih??" (Ucap Rasya sambil terengah-engah
sehabis berlari). Rasyapun mencoba memasuki halaman rumah tersebut, dan Rasya menemukan barang yang dijatuhi anak
tersebut. "Ini yang tadi dia pegang kan ya?" (Gumam Rasya). "Ih
kok, kayaknya gak asing sama kertas ini?" (Tanya Rasya). Saat Rasya membalikan
kertas tersebut, ternyata tulisan di
surat itu "Aku 341, mau mengajak kamu main" (Rasya terkejut sekali
dan tiba-tiba air matanya jatuh). "Ya, Allah, aku gak sangka, ternyata yang selama ini ngirim aku surat
adalah anak itu" (Rasya menyadari sambil tersedu-sedu). "Tapi kenapa
nama dia 341?" (Tanya Rasya dengan keheranan).
Rasyapun akhirnya memberanikan diri mendekati rumah
tersebut dan mengetuk pintu rumahnya. Tetapi tidak ada satu pun yang menjawab
maupun membuka pintu rumahnya. Akhirnya, Rasya mencoba ke belakang rumahnya
lewat halaman samping, namun tidak ada yang menjawab pula. Ketika Rasya
membalikkan badan untuk kembali, tiba-tiba anak itu berada tepat di
belakangnya, "Astagfitullah, kamu ngagetin aja!" ( Rasya kaget).
"Wa'alaikumussalam, maafin aku ya Rasya, aku ngagetin kamu. Ayuk kita
ngobrolnya di dalem rumah aja lewat pintu belakang" (Anak itu menggandeng
Rasya sambil bicara pelan-pelan). "Oh iya iya" (Rasya mengangguk dan
mengecilkan suaranya).
Ketika mereka masuk ke rumah, Rasya kaget ternyata
di dalam rumah itu ada nenek yang dulu menemukan KTP ibunya, tapi nenek
tersebut terlihat sakit dan terbaring di kasur. Setelah mereka sudah duduk di
kursi kecil depan meja makan yang sudah tua, "Rasya maafin aku ya, aku
buat kamu takut selama ini. Sebenernya aku mau main sama kamu dari pertama aku
liat kamu saat pulang sekolah, tapi aku gak bisa karena harus jagain nenek.
Jadinya aku cuma bisa ngirimin kamu surat dan lukisan" (Anak perempuan
tersebut menceritakan semua cerita tentang dirinya ke Rasya).
Ternyata anak perempuan tersebut bernama Eni, ia
menggunakan 341 karena sejak kecil ia diberikan nama kode oleh ibunya sebagai
nama samaran ketika ibunya harus mengirimkan surat rahasia ke dirinya. Eni
terlahir dari keluaga konglomerat, namun setelah ayah dan ibunya meninggal
karena kecelakaan seketika suasana keluarga besarnya berubah. Pamannya menjadi
jahat dan ingin merebut semua harta kedua orangtuanya dari dirinya, karena Eni
adalah pewaris harta kedua orangtuanya. Eni selama ini takut dan merasa sendiri
apabila di rumah, hingga ia mendapat kabar dari sekretaris pribadi ayahnya
untuk berlindung dan menjauhi rumahnya terlebih dahulu agar ia tidak dibunuh
oleh pamannya. Maka dari itu, Eni dan pembantu setia keluarganya yaitu Nenek
Yuli, harus tinggal di rumah tersebut agar tidak terlihat jejak mereka. Paling
setiap dua minggu sekali, sekretaris pribadi ayahnya membawakan makanan dan
perlengkapan mereka. Eni dan Nenek Yuli belum lama tinggal di rumah tersebut,
kira-kira baru dua bulan mereka menempati rumah kecil itu.
Setelah perbincangan lama antara Rasya dan Eni,
mereka berdua berjanji akan menjadi sahabat. Setelah itu, Rasya pamit pulang
kerumahnya. Sebulan telah berlalu, Rasya dan Eni semakin dekat dalam pertemanan
mereka. Rasya selalu yang berkunjung ke rumah Eni, supaya oranglain tidak
mengetahui Eni. Setiap harinya, Rasya dan Eni bermain dan belajar bersama,
sampai akhirnya sudah memasuki Bulan Ramadhan. Mereka mengaji bersama dan
kadang Rasya meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk berbuka puasa barsama
Eni. Hari-hari berjalan begitu indah, merasakan euforia Ramadhan yang sungguh
tak dilupakan, terlebih saat ini Rasya merasa senang karena Ramadhan kali ini
ia menemukan sahabat baru selain Riri. Sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasya
berencana main dan menginap di rumah Eni untuk mengajak Eni beribadah bersama.
Ketika, Rasya menuju ke rumah Eni, tiba-tiba semua orang berteriak
"Kebakaran-kebakaran". Rasya pun langsung berlari menuju rumah Eni,
ia tak bisa membendung air mata. Ternyata benar, rumah Enilah yang kebakaran.
Semua orang gotong royong membantu memadamkan api dan petugas medis membawa Eni
dan Nenek ke rumah sakit. Rasya dan kedua orangtuanya mengikuti juga ambulance
yang membawa Eni dan Nenek. Saat di sana, terlihat juga sekretaris ayah Eni
menunggu di depan ICU. Dokter yang menangani mereka berdua menyatakan bahwa Eni
selamat namun ia harus mengalami koma sedangkan Nenek tidak dapat terselamatkan
nyawanya. Rasya menangis tersedu-sedu mendengar sahabatnya yang harus koma
tersebut. Sepanjang malam, Rasya mendoakan Eni untuk kesembuhannya, dan Rasya
yakin bahwa Allah mendengar doa dan pintanya terlebih ia berdoa ketika malam
Lailatul Qadr.
Lebaran akhirnya tiba, Rasya dan keluarga merayakan
lebaran penuh hikmat walaupun ia tidak bersama sahabatnya, Eni. Setelah sholat
Idhul Fitri dan agenda bersalaman, Rasya menuju kamarnya dan membuka buku diary
yang ditulis bersama Eni, "Ya Allah, ini surat dari Eni? Kenapa aku baru
baca?" (Ternyata sehari sebelum kejadian kebakaran tersebut, Eni
menyelipkan surat bahwa pamannya telah menemukan jejak dirinya). Setelah
membaca surat itu, Rasya menghubungi sekretaris Eni dan menyampaikan bahwa
kebakaran tersebut bukan karena kerusakan aliran listrik tetapi pamannya secara
sengaja ingin membunuh Eni. Dari surat yang Eni sampaikan, hal tersebut menjadi
salah satu bukti bahwa pamannya adalah pembunuh dan saat ini pamannya
dimasukkan ke dalam penjara.
Hari demi hari berlalu, sudah 2 bulan Eni terbaring
koma di rumah sakit. Ketika Rasya sedang menjenguk Eni, jarinya bergerak. "Dokter..suster"
(Panggil Rasya) . Dari saat itulah Eni sadar dari komanya dan dapat melanjutkan
kehidupannya kembali. Doa yang selama ini Rasya panjatkan telah Allah kabulkan
dan menjadi sebuah keberkahan dari Bulan Ramadhan.
Komentar
Posting Komentar